OPEN ACCESS PEER-REVIEWED | RESEARCH ARTICLE

Main Article Content

Authors

Deni Radona
Dinar Tri Soelistyowati
Odang Carman
Rudhy Gustiano

Abstract

Study on genotype and phenotype diversity of initial population tinfoil barb from Sumatera, Java and Kalimantan is an effort to use genetic sources of tinfoil barb for sustainable aquaculture. This study was to evaluate the diversity of genotype and phenotype of tinfoil barb from Sumatra, Java and Kalimantan. Analysis of genotype diversity was con- ducted by RAPD methods using primer (OPA 08, OPA 09 and OPC 02) and phenotype based on truss morphometric measurement. The result showed that the highest genetic polymorphism (40%) was found in the male population of Java and female from Kalimantan with heterozygosity 0.18; while the lowest polymorphism was detected in the female population from Java (18%) with the heterozigosity level at 0.08. Based on the relationship between tinfoil barb from Java, Sumatera and Kalimantan by using three primer of RAPD showed that the genetic distance ranged from 0.48- 0.55, whereas between male and female population was ranged from 0.19-0.24. Canonical analysis using truss morpho- metric from 21 measured characters among three populations showed the different kind of genetic dispersion. From intrapopulation genetic sharing percentage, the highest interpopulation genetic sharing component was found in the tinfoil barb from Java (66.7-86.7 %), while interpopulation genetic sharing component ranged 0-6 % and 0 % were found in the tinfoil barb from Kalimantan and Sumatera, respectively. According to our results, the genotype diversity and phenotype of tinfoil male from Java and female from Kalimantan are genetic resources for developing tinfoil barb aquaculture.


Abstrak


Studi keragaman genotipe dan fenotipe populasi awal ikan tengadak (Barbonymus schwanenfeldii) asal Sumatera, Jawa, dan Kalimantan merupakan upaya pemanfaatan sumber daya genetik ikan tengadak untuk kegiatan budi daya secara berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah melakukan evaluasi keragaman genotipe dan fenotipe ikan tengadak asal Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Analisis keragaman genotipe dilakukan secara molekuler dengan metode Random Amplified Polymorphism DNA (RAPD) menggunakan primer OPA 08, OPA 09 dan OPC 02 sedangkan keragaman fenotipe dilakukan berdasarkan pengukuran truss morphometric. Hasil penelitian menunjukkan polimorfisme genetik tertinggi (40%) ditemukan pada ikan jantan populasi asal Jawa dan ikan betina asal Kalimantan dengan nilai heterozi- gositas tertinggi 0,18 sedangkan polimorfisme terendah (18%) ditemukan pada ikan betina populasi asal Jawa dengan tingkat heterozigositas 0,08. Jarak genetik ketiga populasi berkisar 0,48-0,55 sedangkan antara ikan jantan dan betina berki-sar 0,19-0,24. Hasil analisis fungsi kanonikal truss morfometrik ikan tengadak pada 21 karakter terukur menun- jukkan sebaran pengukuran ketiga populasi berada pada kuadran yang berbeda. Persentase indeks keseragaman intra- populasi menunjukkan indeks keseragaman genetik tertinggi pada populasi Jawa (66,7-86,7 %) dengan indeks kesera- gaman interpopulasi (0-6%) pada populasi Kalimantan dan (0%) pada populasi Sumatera. Berdasarkan data keragaman genotipe dan fenotipe ikan jantan asal Jawa dan ikan betina asal Kalimantan berpotensi sebagai sumber genetik donor untuk pengembangan budidaya ikan tengadak.

Keywords:
morphometric; polymorphism; RAPD; tinfoil barb;

Downloads article

Download data is not yet available.

Article Details

References

Asih S, Nugroho E, Kristanto AH, Mulyasari. 2008. Penentuan variasi genetik ikan batak (Tor soro) dari Sumatera Utara dan Jawa Barat dengan metode analisis Random Amplified Polymorphism DNA (RAPD). Jurnal Riset Akuakultur, 3(1): 91-97.

Ath-Thar MF, Soelistyowati DT, Gustiano R. 2015. Performa reproduksi ikan sepat siam (Trichopodus pectoralis Regan 1910) asal Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Jurnal Iktiologi Indonesia, 14 (3): 201-210.

Dunham RA. 2004. Aquaculture and Fisheries Biotechnology : Genetic Approach, CABI Publishing, Cambridge, USA. 372 p.

Falconer FS, Mackay TFC. 1996. Introduction to Quantitative Genetics. Longman, England. 464 p.

Gjedrem T. 2005. Selection and Breeding Program in Aquaculture. Akvaforsk, As. Norway. 364 p

Gusmiati, Restu M, Pongtuluran. 2012. Seleksi primer untuk analisa keragaman genetik jenis bitti (Vites coffassus). Jurnal Perennial. 8(1): 25-29.

Gustiano R, Kusmini I, Ath-thar MFH. 2015. Mengenal Sumber Daya Genetik Ikan Spesifik Lokal Air Tawar Indonesia untuk Pengembangan Budidaya. IPB Press. Bogor. 51 p.

Gustiano R, Oktaviani T, Soelistyowati DT, Kusmini I, Wahyutomo, Huwoyon G. 2013. Analisa ragam genotip RAPD dan fenotip truss morphometric pada tiga populasi ikan gabus (Channa striata). Berita Biologi, 12 (3) : 325-333

Iskandariah, Soelistyowati DT, Gustiano R, Kus- mini II, Huwoyon GH. 2015. Ragam genetik tiga populasi sepat siam asal Kalimantan menggunakan analisis RAPD dan pengukuran morfometrik truss. Berita Bio- logi, 14(1): 57-68

Kusmini II, Gustiano R, Mulyasari. 2012. Karak- terisasi genetik ikan Kelabau (Osteochilus kelabau) dari berbagai lokasi di Kalimantan Barat menggunakan analisis RAPD. Berita Biologi, 10(4): 449-454.

Kusmini II, Mulyasari,Widiyati A, Nugroho E. 2009. Karakter genetik ikan tengadak (Barbodes sp.), ikan tawes albino (Barbodes sp.) dan ikan tawes (Barbodes gonionotus). In: Rustadi, Ustadi, Djumanto (editor). Prosiding Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan (2009). Yogyakarta, Indonesia. Yogya- karta (ID). UGM. hlm. 332-338.

Li S, Cai W, Zhou B. 1993. Variation in morphology and biochemical genetic markers among populations of blunt snout bream (Megalobrama amblycephala). Aquaculture, 111(1-4): 117-127.

Leary RF, Allendrof FW, Knudsen KL. 1985. Development instability and high meristic counts in interspecific hybrid of salmonid fishes. Evolution, 3: 1318-1326.

Lorenzen K, Beveridge MCM, Mangel M. 2012. Cultured fish: integrative biology and management of domestication and interactions with wild fish. Biology Review, 87(3): 639-660.

Mulyasari 2010. Karakteristik fenotipe morfomeristik dan keragaman genotipe RAPD (Random Amplified Polymorphism DNA) ikan nilem (Osteochilus hasselti) di Jawa Barat. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, 63 p.

Miller MP. 1997. Tools for Population Genetic Analysis (TFPGA) version 1.3. Depart- ment of Biological Science. Northern Arizona University, Arizona, USA.

Nugroho E, Takagi M, Taniguchi N. 1997. Practical manual on detection of DNA polymorphism in fish population study. Bulletin of Marine Sciences and Fisheries, 18(1): 109-129.

Nugroho E, Hadie W, Subagja J, Kurniasih T. 2005. Keragaman genetik dan morfome- trik pada ikan baung, Mystus nemurus dari Jambi, Wonogiri dan Jatiluhur. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 11(1): 1-6.

Nugroho E, Subagja J, Asih S, Kurniasih T. 2006. Evaluasi keragaman genetik ikan kancra dengan menggunakan marker mt DNA D-loop dan Random Amplified Po- lymorphism DNA (RAPD). Jurnal Riset Akuakultur, 1 (2): 211-217.

Slamat, Thohari AM, Soelistyowati DT. 2011. Keanekaragaman genetik ikan betok (Anabas testudineus) pada tiga ekosistem perairan rawa di Kalimantan Selatan. Agroscientiae, 18(3): 129-135

Setijaningsih L, Arifin OZ, Gustiano R. 2007. Karakterisasi tiga strain ikan gurame (Osphronemus gouramy lac.) berdasarkan metode truss morfometrik. Jurnal Iktiologi Indonesia, 7(1): 23-30

Sundari S, Iskandariah, Huwoyon GH, Kusmini II, Gustiano R. 2012. Keragaman genetik 3 populasi ikan tambakan (Helostoma tem- minckii) asal Sumatera, Jawa dan Kalimantan menggunakan metode RAPD. In: Haryanti, Imron, Rachmansyah, Sunarto A, Sugama K, Sumiarsa GS, Parenrengi A, Azwar ZI, Sudrajat A, Kristianto AH, editor. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur (8-11 Juni 2012). Makasar, Indonesia. Jakarta (ID) : P4B. hlm 1109- 1114

Tave D. 1993. Genetic for Fish Hatchery Managers. Kluwer Academic Publishers. Netherland. 415 p.